Pertumbuhan dan Perkembang Anak dengan ADHD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seperti juga autisme atau gangguan-gangguan menyeramkan, misalnya lupus dan HIV/AID; gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif, atau yang lebih dikenal dalam Bahasa Inggris ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) saat ini banyak dibicarakan, dipermasalahkan, dan diusahakan untuk ditangani.Ini gejala yang fenomenal karena dalam pandangan awam, gangguan ini bagi mereka lebih biasa disebut penyakit merupakan gejala baru yang seolah-olah entah dating dari mana secara sekonyong-konyong.Jadi kalau disebut menggegerkan, tidaklah berlebihan.
Terhadap berbagai gangguan semacam ADHD ini, demikian luasnya pembicaraan orang.Para professional pun sering kewalahan menjawab dan menjelaskan pertanyaan serta situasi yang sebenarnya terjadi terhadap penderita dan orang tua penderita.Kadang bukan pertanyaan melainkan permasalahan dan keterangan yang memancing diskusi.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa terhadap gangguan-gangguan yang begitu cepat memasyarakat ini, terdapat peluang untuk terjadinya hiruk-pikuk mengenai masalah ini.Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan dan penambahan pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Definisi ADHD  ?
b. Apa Penyebab ADHD?
c. Apa Gangguan Perilaku pada ADHD?
d. Apa Gangguan Berkonsentrasi ADHD?
e. Bagaimana Manajemen ingatan Emosional: Pengendalian positif terhadap Ingatan?
f. Bagaimana penanganan pada ADHD?
g. Bagaimana Deteksi dini ADHD?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui dan memahamiDefinisi ADHD 
b. Mengetahui dan memahamiPenyebab ADHD
c. Mengetahui dan memahamiGangguan Perilaku pada ADHD
d. Mengetahui dan memahami Gangguan Berkonsentrasi ADHD
e. Mengetahui dan memahamianajemen ingatan Emosional: Pengendalian positif terhadap Ingatan
f. Mengetahui dan memahamibagaimana penanganan pada ADHD
g. Mengetahui dan memahamiDeteksi dini ADHD


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif yaitu gangguan pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan gambling, ketidakmampuan mengabaikan objek-objek lain agar seseorang sanggup menangani objek tertentu secara efektif.
Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti gangguan pemusatan perhatian.Pada saat ditambahkah hyper-activity/hiper-aktif penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD,AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama.
Definisi ADHD secara umum yaitu menjelaskan kodisi anak-anak yang memperlihatkan sintom-sintom (cirri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
Menurut Gargiulo, R.M,(2012).The American Psychiatric Association (2000) definition recognizes three subtypes ofADHD based on the individual’s unique profile of symptoms: 
(1) ADHD, predominantlyinattentive type; 
(2) ADHD, predominantly hyperactive–impulsive type; and 
(3) ADHD,combined type. The vast majority of individuals with ADHD exhibit the combined type(Barkley, 2006).
Analisa dari defini diatas yaitu definisi ADHD dibagi ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif.Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.

2.      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian.Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

2.2 Faktor Penyebab ADHD
ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan laboratorium.ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD.Karena ADHD adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan beserta penyebabnya.
Perasaan frustrasi dan perasaan tidak berdaya dapat menyerang secara bertubi-tubi pada diri anak ADHD.Sebagaimana David berkata,”Aku tidak punya teman. Oleh karena itu, aku tidak dapat bermain seperti mereka dan jika mereka memanggilku ‘Dope Freak’ atau ‘David Dopey’ aku menangis. Aku tidak tahu harus melakukan apa”. (D.M. Ross dan Ross, 1982).
Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan, bahwa sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis khususnya gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis dari neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas mekanisme khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini.Ternyata, neurotransmitter dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan tingkat aktivitas anak.
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari salah satu orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan ibu, dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD.

1.   Faktor genetika / Hereditary factors
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor pentingdalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000; Tannock, 1998).
·         ADHD terjadi dalam keluarga
Satu per tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk. 2000; Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak memiliki resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).
·         Studi pada anak adopsi
Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung dari pada keturunan adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France, 2000).
·         Studi pada anak kembar
Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka saudaranya juga mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).
·         Studi gen khusus
Analisis molekul genetika menyatakan, bahwa gen-gen tertentu dapat menyebabkan ADHD pada anak (Faraone, dkk, 1992).Utamanya adalah gen-gen dalam system dopaminergik dan adrenergic dengan dua alasan yaitu struktur otak pada anak ADHD penuh dengan innervasi dopamin dan terapi medis yang meredakan simtom-simtom ADHD.
Secara umum, berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak kembar, dan gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan, meskipun mekanismenya yang lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)

2.   Faktor neurobiologist /Neurological Dysfungtion
ADHD sangat sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun tidak langsung dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan Biederman, 1998). Factor tidak langsung adalah bukti yang tidak mengikutsertakan factor langsung dari otak atau fungsinya dan berasal dari keterkaitan antara peristiwa atau kondisi yang berhubungan dengan status neurologis atau simtom-simtom ADHD, di antaranya adalah:
o    Petistiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan penyakit.
o    Keracunan lingkungan, seperti kandungan timah.
o    Gangguan bahasa dan pembelajaran.
o    Tanda-tanda ketidakmatangan neurologis, seperti berperilaku aneh, lemah keseimbangan dan koordinasi, serta adanya refleks yang tidak normal.
o    Peningkatan dalam simtom-simtom ADHD diakibatkan oleh zat obat-obatan yang dilakukan dalam terapi medis dan diketahui sangat berpengaruh terhadap system jaringan otak sentral.
o    Persamaan di antara simtom-simtom ADHD, simto-simtom yang dihubungkan dengan kerusakan pada korteks prefrontal (Fuster, 1989; Grattal dan Eslinger, 1991).
o    Menurunnya kemampuan anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dikaitkan pada fungsi lobus prefrontal (Barkeley, Grodzinsky, dan DuPaul, 1992).
Perbedaan dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan jalur-jalur yang menghubungkan daerah ini dengan system limbic, memperlihatkan aliran darah yang lemah pada bagian-bagian ini (Hendren, De Becker, dan Pandina, 2000). Adapun perbedaan yang lain yaitu ketidaknormalan otak dan penemuan-penemuan neurofisiologis dan neurochemical.

3.   Diet, alergi, dan zat timah (Lingkungan)
Terlalu banyak kontroversi mengenai kemungkinan bahwa reaksi karena alergi dan diet adalah penyebab ADHD.Penghubungan ini tidak banyak diterima oleh banyak kalangan (McGee, Stanton, dan Sears, 1993).Sebuah pandangan yang popular pada tahun 70 dan 80-an, bahwa zat tambahan pada makanan menyebabkan anak hiperaktif dan inatentif.Namun penelitian tidak mendukung aturan zat tambahan makanan sebagai penyebab utama ADHD (Onners, 1980; Kavale dan Fornass, 1983).Diet dapat membantu sekelompok kecil anak ADHD.Sebagian besar dari mereka berusia sangat muda dan sebagian dari mereka elergi terhadap makanan tertentu (Arnold, 1999).
Pemburu vs Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom Hartmann tentang asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang mungkin merupakan perilaku adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa mereka dengan ADHD mempertahankan beberapa karakteristik yang lebih tua “pemburu” yang berhubungan dengan masyarakat manusia purba pra-pertanian. Menurut teori ini, individu dengan ADHD mungkin lebih mahir mencari dan mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan dan mengelola tugas-tugas kompleks dari waktu ke waktu.Bukti lebih lanjut menunjukkan hiperaktif mungkin evolusi bermanfaat adalah mengajukan pada tahun 2006 dalam sebuah studi yang menemukan mungkin membawa manfaat spesifik untuk bentuk tertentu dari masyarakat kuno. Dalam masyarakat, orang dengan ADHD yang diduga telah lebih mahir dalam tugas yang melibatkan risiko atau persaingan
Twin studi sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20% dari varians dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat dikaitkan dengan nonshared lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor terlibat termasuk alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan yang sangat awal. Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh nikotin menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin dalam rahim.Bisa juga bahwa wanita dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan oleh karena itu, karena komponen genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung memiliki anak-anak dengan ADHD.Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran-termasuk.prematur lahir mungkin juga memainkan peran. ADHD pasien telah diamati memiliki lebih tinggi daripada tingkat rata-rata cedera kepala.Namun, bukti saat ini tidak menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab ADHD pada pasien yang diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus (campak, varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi bakteri streptokokus.
Sebuah studi 2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang digunakan pada beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan dalam belajar tarif, dikurangi koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak, terutama ADHD.
Sebuah studi 2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan peningkatan risiko ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu organofosfat di urin lebih dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan menemukan bahwa mereka dengan tingkat tertinggi dialkyl fosfat, yang merupakan hasil pecahan dari pestisida organofosfat, juga memiliki insiden tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka menemukan kenaikan 35% pada kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap kenaikan 10-kali lipat konsentrasi urin residu pestisida. Efeknya terlihat bahkan pada akhir rendah paparan: anak-anak yang punya tingkat, terdeteksi di atas rata-rata dari metabolit pestisida dalam air seni mereka dua kali lebih mungkin seperti yang dilakukan dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam gejala ADHD.
Zat timah dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di daerah-daerah yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai langsung dibuang dapat dikaitkan dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas (Fergusson, Horwood, dan Lynskey, 1993). Namun sebagian besar anak ADHD adalah lemah (Kahn, Kelly, dan Walker, 1995).Kesimpulannya meskipun diet, elergi, dan zat timah telah mendapat perhatian sebagai penyebab ADHD, tetapi jika disebutkan sebagai penyebab utama ADHD belumlah terbukti.

2.3 Gangguan Perilaku dan Konsentrasi ADHD
1.       di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan.Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa

2.      Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat.Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.Reaksi anakpun menolak dan berontak.Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak.Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman.Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi.Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

3.      Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara.Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi.Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik.Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

4.      Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari.Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

2.4 Manajemenen ingatan Emosional: Pengendalian positif terhadap ingatan dan Penanganan pada ADHD

1.   Perlakuan pokok
o   Terapi medis: Mengendalikan simtom-simtom ADHD
o   Pelatihan manajemen orang tua: mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara anak dan orang tua, serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
o   Intervensi pendidikan: mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademis, serta mengajarkan perilaku pro-sosial dan regulasi diri
2.   Perlakuan intensif
o   Program-program bulanan: melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengomindasikan perlakuan tambahan dan pokok dalam program yang intensif
3.   Perlakuan tambahan
o   Konseling keluarga: coping terhadap stress keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
o   Kelompok pendukung: menghubungkan orang tua dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan member dukungan moral
o   Konseling individu: memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan  dan curahan hati pribadinya
4.   Dari orang tua
Jika orang tua mencurigai adanya gangguan ADHD pada anak-anaknya, hal yang harus dilakukan orang tua adalah sebagai berikut.
o   Berkonsultasi dengan ahli jwa (psikiater), psikolog, ahli syaraf anak, atau dokter spesialis anak-anak guna meminta saran terbaik.
o   Bersabar ketika anak mengalami ADHD, dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh kemajuan bagi anak.
o   Bersikap jeli, kreatif, dan tanggap.
o   Yakinlah bahwa anak masih memiliki kelebihan.
o   Berikan dukungan pada kekuatan anak, kemampuannya, serta bangkitkan perasaan dalam diri anak bahwa dia berharga bagi keluarga dan lingkungan sekitar.
o   Ingatlah, bahwa dalam beberapa kasus, rasa gagal, frustrasi, rendah hati, dan tekanan kejiwaan yang biasa dialami anak dapat menimbulkan masalah yang lebih besar dibandingkan kelainan atau gangguan itu sendiri.
o   Dapatkan informasi lebih akurat yang berkaitan dengan gangguan ini dari perpustakaan, internet, atau sumber-sumber lainnya.
o   Bicara atau tukar pikiran dengan keluarga lain yang memiliki anak ADHD.
o    Berjumpa dan bergabung dengan organisasi atau perkumpulan yang anggotanya terdiri dari keluarga yang mempunyai masalah yang sama.
5.   Dari sekolah
o   Tempatkan siswa di dekat guru, masukkan mereka sabagai bagian dari kelas biasa.
o   Tempatkan siswa di depan dengan membelakangi kelas agar siswa-siswa lainnya tidak tampak.
o   Kelilingi siswa ADHD dengan model peran yang baik.
o   Hindari rangsangan yang mengalihkan perhatian.
o   Anak ADHD tidak menghadapi perubahan dengan baik. Jadi, hindari peralihan, perubahan jadwal, relokasi fisik (meja atau kursi yang dipindah sembarangan), atau gangguan teman.
o   Kreatif dan tenang
o   Memberikan petunjuk yang jelas
o   Sederhanakan petunjuk-petunjuk yang kompleks
o   Pastikan bahwa siswa ADHD memahami apa yang mereka lakukan sebelum mereka memulai tugas
o   Membantu anak ADHD agar merasa nyaman dengan meminta bantuan
o   Anak ADHD membutuhkan lebih banyak bantuan untuk waktu yang lebih lamadibandingkan anak rata-rata. Setelah itu, secara bertahap kurangi bantuan.
o   Buatkan buku catatan tugas sehari-hari
o    Memberikan tugas satu per satu


2.5 Deteksi Dini ADHD
1. Tidak ada perhatian
               Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
 Mempunyai terlalu banyak energi.Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
    Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
4.     Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
5.       Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi.Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar.Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.

6.      Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas.Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman.Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan.Dia hanya naik dan turun kursi saja.
7.      Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar.Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran.“Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun  seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
8.      Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
· Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
· Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
· Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
·Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
·Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin.Juga, tenaganya tidak pernah habis.
·Sering terlalu banyak bicara.
·Sering sulit menunggu giliran.
·Sering memotong atau menyela pembicaraan.
·Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
o   Gangguan ADHD dapat disebabkan oleh factor genetika, neurobiologist, dan  faktor lingkungan yaitu diet, alergi, serta zat timah dsb.
o    Anak yang terkena gangguan ADHD memerlukan dukungan dan perlakuan secara intensif dari keluarga dan lingkungannya.

3.2 Saran
o   Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan ADHD dapat diperlakukan dengan benar.


BAB IV
Daftar Pustaka


Gargiulo, R.M. (2012) Special Education in Contemporary society,Belmont.Thompson wadsworth


Comments

Popular posts from this blog

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dengan hambatan Intelektual